Langkah
Bandung dalam Mengimplementasikan Smart City
Saat
ini, pemanfaatan teknologi informasi sudah semakin luas. Tidak lagi hanya
digunakan untuk perangkat PC atau smartphone saja,
teknologi informasi juga sudah mulai masuk ke berbagai sektor lainnya.
Biasanya, pemanfaatan teknologi ini sering disebut dengan terminologi smart.
Contohnya smart TV, smart car, smart
home, dan lain sebagainya. Penggunaan kata smart menggambarkan
bahwa objek tersebut terintegrasi dengan teknologi informasi dan komunikasi
sehingga bisa menjawab berbagai masalah yang ada dan melakukan lebih banyak hal
untuk mendukung aktivitas penggunanya.
Tidak
mau kalah, pemanfaatan sistem dan teknologi informasi pun kini sudah masuk ke
ranah pemerintahan. Saat ini, teknologi informasi mulai digunakan untuk layanan
perkotaan atau lebih dikenal juga dengan istilah smart
city. Beberapa contoh kota yang telah menjalankan program smart
city adalah Amsterdam, Barcelona, Stockholm, danSouthampton.
Pada
tahun 2014, Frost & Sullivan mengidentifikasi
delapan aspek dari smart city. Delapan aspek tersebut yakni smart
governance, smart energy, smart building, smart mobility, smart infrastructure,
smart technology, smart healthcare, dan smart
citizen. Kota yang pintar adalah kota yang mampu memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi dalam berbagai aspek tersebut. Salah satu kota di
Indonesia yang menjadi kandidat kuat sebagai smart
citypertama di tanah air adalah Bandung.
Kota Bandung serius ingin menjadi smart
city
Di
bawah kepemimpinan Walikota Ridwan Kamil, kota Bandung terlihat sangat serius
membawa jargon smart city. Sebenarnya proyek IT di Bandung sudah ada
sejak lama. Berbagai proyek pengadaan dan pengembangan teknologi informasi
sesungguhnya sudah dilakukan dari era pemerintahan sebelumnya. Dengan membawa
jargon Bandung Smart City, sepertinya Ridwan Kamil tengah mencoba untuk
meningkatkan kesadaran serta dukungan dari berbagai pihak terkait pentingnya smart
city.
Saat
ini kota Bandung memiliki Dewan Pengembangan Bandung Kota Cerdas atau biasa
disebut dengan Dewan Smart City. Dewan tersebut terdiri dari berbagai elemen
yang ada di masyarakat kota Bandung maupun pemerintah kota Bandung. Beberapa
nama yang terlibat adalah Ilham Habibie yang juga Ketua Pelaksana Dewan TIK
Nasional, Prof. Dr. Ir. Suhono H. Supangkat yang menginisiasi Smart
City Initiatives Indonesia, Budi Rahardjo dosen ITB yang juga aktif di komunitas
Startup Lokal, hingga perwakilan dari komunitas startup di
Bandung yakni Yohan Totting dari Forum Web Anak Bandung (FOWAB).
Dewan Smart City
bersama Ridwan Kamil. Sumber gambar: Emil Fahmi.
Pendekatan
yang dilakukan oleh Ridwan Kamil selaku walikota memang merupakan pendekatan
berbasis komunitas dan gotong royong. Banyak pihak yang diajak berkolaborasi
untuk mewujudkan Bandung Smart City mulai dari komunitas, universitas, swasta,
hingga negara-negara asing untuk menjadi sister
city atau kota yang diajak untuk menjalin kerja sama secara intensif
di berbagai sektor.
Program yang sudah berjalan
Program
yang dijalankan olah kota Bandung untuk mewujudkan Bandung Smart
City pun sudah sangat banyak. Ada program-program yang fundamental
seperti perbaikan fasilitas internet bagi seluruh kantor dinas, perapihan
kabel-kabel di kota Bandung, pembentukan Dewan Smart City sebagai penasihat
pemerintah kota dalam membangun smart city, dan
lain sebagainya.
Selain
itu, ada juga program populis yang bertujuan untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi
dari masyarakat seperti update harga pasar, pengawasan secara real
time proyek-proyek pembangunan yang ada di kota, dan pengawasan
titik-titik kemacetan yang langsung terhubung dengan Command
Center. Bekerjasama dengan X-Igent, baru-baru ini pemerintah kota
Bandung juga meluncurkan aplikasi mobile Panic Button untuk
memberikan rasa aman bagi masyarakat di kota ini.
Kombinasi
program monumental dan populis dengan program pembangunan infrastruktur yang
fundamental inilah yang membuat perkembangan smart
city di Bandung terbilang pesat dan positif. Secara kasat mata,
masyarakat dan media bisa melihat langsung wujud dari Bandung Smart City
sehingga mendapatkan dukungan yang baik. Lalu di belakang itu, pemerintah juga
masih tetap membenahi berbagai sektor yang mungkin tidak terlihat tapi penting
untuk kemajuan kota Bandung.
Dukungan berbagai
elemen
Kepedulian
masyarakat Bandung terhadap terwujudnya Bandung Smart City terbilang sangat
tinggi. Kota Bandung mendapatkan banyak sekali dukungan dan proyek kerja sama
dari berbagai pihak. Insitut Teknologi Bandung (ITB), misalnya, sudah
menandatangani perjanjian kerja sama (MoU)
untuk mendukung pembangunan Bandung Smart City bersama dengan Telkomsel pada 16
Agustus 2014 lalu.
ITB
juga memiliki laboratorium Smart City and Community Innovation Center (SCCIC)
yang memang mendedikasikan program-program penelitiannya untuk kemajuan kota
Bandung. Salah satu contohnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ventje
Jeremias, peneliti di Laboratorium SCCIC di bawah bimbingan Prof. Suhono Harso
Supangkat yang sedang menempuh S3 di ITB.
Ventje
kini tengah meneliti pemanfaatan Internet
of Things yang modulnya bisa digunakan untuk middleware
platform Smart City. Sederhananya, platform ini merupakan sebuah sistem software yang
dapat menghubungkan dan mengintegrasikan berbagai aplikasi yang kompleks dan
arsitektur yang berbeda secara bersama-sama.
Aplikasi Panic Button.
Sumber gambar: X-Igent.
Bandung
Command Center yang saat ini dimiliki oleh kota Bandung juga merupakan
kolaborasi dari berbagai pihak. Bandung Command Center merupakan hasil
kolaborasi antara pemerintah kota Bandung dengan IBM dan Lembaga Afiliasi
Penelitian Industri (LAPI) ITB. Saat ini, Bandung Command Center berfungsi
sebagai pusat terkumpulnya data-data terkait dengan kebutuhan Bandung Smart
City. Mulai dari SKPD, data dari masyarakat, sampai data dari internal ke luar,
akan dipusatkan di sini. Aplikasi Panic Button Bandung juga terhubung langsung
dengan Bandung Command Center.
Tak
ketinggalan, vendor asal Cina Huawei ikut mendukung program ini dengan nama Safe City yang
mencakup e-government, e-ticketing dalam
sistem transportasi, rumah dengan teknologi terintegrasi, dan layanan darurat
lainnya.
Dukungan
dari komunitas yang ada di Bandung terhadap Bandung Smart City juga bisa
dibilang sangat tinggi. Contohnya adalah komunitas Code4Bandung yang
dipimpin oleh Pandu Kartika. Komunitas ini berfokus mempromosikan kolaborasi
masyarakat dan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan kota dengan
memanfaatkan teknologi informasi.
Program
Code4Bandung sangat bervariasi, dari mulai advokasi dan pendampingan open data
di pemerintah, aktivasi komunikasi dua arah masyarakat-pemerintah dengan forum
dan diskusi, pembangunan aplikasi (civic technology), kampanye
partisipasi publik, dan berbagai usaha lain untuk meningkatkan kolaborasi
masyarakat dan pemerintah.
Contoh
lain peran serta komunitas dalam membangun Bandung Smart City adalah komunitas Pizza
Data. Prasetyo Andy Wicaksono, salah satu inisiator komunitas Pizza
Data, memaparkan bahwa pihaknya fokus dengan data terbuka (open
data). Penggunaan fitur ini membuat data bisa diakses secara bebas,
terutama yang berkaitan dengan data publik. Komunitas tersebut sering
mendiskusikan permasalahan di kota Bandung dan mencari solusi praktisnya dengan
memanfaatkan data terbuka.
Tantangan yang harus dihadapi
Bagaimanapun,
mewujudkan Bandung Smart City bisa dibilang bukan merupakan perkara yang mudah.
Ada banyak sekali rintangan yang harus dihadapi terkait dengan banyak sektor.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi adalah permasalahan terkait
infrastruktur, koordinasi, dan sumber daya manusia.
Terkait
infrastruktur, selain dari sisi pembangunannya, masih ada banyak masalah yang
perlu dibenahi. Salah satu isu yang cukup penting adalah masalah kabel yang
menjadi infrastruktur komunikasi utama masyarakat yang saat ini masih
berantakan. Layanan internet bagi masyarakat juga belum merata dan optimal.
Padahal, infrastruktur merupakan hal yang paling fundamental karena ketika
infrastruktur sudah rapi, pembangunan yang ada “di atasnya” bisa dilakukan
dengan cepat.
Roadshow Open Data
oleh Prasetyo. Sumber gambar: @pizzadata
Isu
lainnya yang menjadi tantangan adalah koordinasi. Ini merupakan masalah klasik
yang sering terjadi di banyak sektor, baik itu pemerintah, bisnis, akademik,
maupun komunitas. Diperlukan koordinasi yang baik sehingga setiap elemen yang
berpartisipasi dan berkolaborasi di dalam pembangunan Bandung Smart City bisa
memberikan kontribusi yang maksimal. Untungnya, Bandung merupakan salah satu
kota yang cukup terkenal dengan konsep gotong royong dan mementingkan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Dengan adanya Dewan Smart
City, harapannya tantangan ini bisa teratasi dengan baik.
Tantangan
selanjutnya adalah masalah sumber daya manusia. Penggunaan teknologi informasi
bagi generasi saat ini bisa dibilang sangatlah mudah dilakukan. Lain halnya
dengan generasi sebelumnya. Ini tentu menjadi tantangan tersendiri untuk
menyiapkan tidak hanya pegawai di pemerintah, tapi juga masyarakat di kota
Bandung untuk bisa memahami konsepsmart city dan
memanfaatkan sistem yang ada.
Bandung Command
Center. Sumber gambar: Prasetyo Andy W.
Semoga
tantangan-tantangan tersebut bisa diatasi dengan baik oleh pemerintah kota
Bandung, serta pihak-pihak yang mendukung proyek ini. Bandung memiliki modal
yang sangat bagus untuk mewujudkan smart
city di Indonesia. Didukung dengan walikota yang “melek” teknologi
dan cakap dalam menjalankan tugasnya, Bandung memiliki banyak sekali komunitas
baik itu komunitas IT maupun kreatif yang siap mendukung Bandung Smart City.
Dari sisi edukasi, kota ini juga memiliki banyak universitas ternama yang siap
mendedikasikan akademisinya untuk meneliti kota Bandung.
Dengan
dukungan tersebut, seharusnya Bandung Smart City bisa segera terwujud dan
berjalan dengan baik. Dan keberhasilan program ini nantinya tentu bisa
diaplikasikan ke berbagai kota lain di Indonesia, yang pada akhirnya akan
mendorong negara ini untuk maju dan mengejar ketertinggalannya dari
negara-negara lain.
Sumber: